Kamis, 17 Oktober 2013

Satu + Satu = Satu

Ketika masih sekolah, kita tentunya diajarkan berhitung, mulai dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian ketika masih sekolah dasar, bisa kita anggap mudah. namun setelah sekolah lanjutan, mulai terasa bagaimana rasanya berhitung. Lalu sekolah tinggi, tak usah ditanya lagi, akan sungguh sungguh terasa rasanya bermain dengan angka.

Jika diteruskan, ketika dewasa kita mungkin tidak merasa semakin sulit, karena terkadang malah perhitungan tidak ada dalam kehidupan sehari hari kita, tidak sebanyak sewaktu sekolah dulu. Apakah benar? JIka kita kaji lagi, sewaktu sekolah dasar kita mengenal 2 + 4 = 6, di sekolah lanjut kita mengenal log 100 = 2. di sekolah tinggi  ∫ (x-1) dx = 1/2x2 - x + c. tapi di dalam kehidupan dewasa kita mengenal 1 + 1 = 1. Bagaimana bisa? tentu saja bisa.
 
Ketika dewasa kita tak bisa menjadi egois karena kita kelak atau tak lama akan menjadi 1 pribadi orang, dan kita pasti dipertemukan oleh 1 pribadi yang lain untuk menjadi 1 bagian (1+1=1). Oleh karena 1+1 seharusnya 2, maka ada perubahan diantara masing masing 1 (pribadi)yang akan menjadi 1. apakah itu? 1+1 bisa saja menjadi 1 jika masing masing 1 (pribadi) mau merelakan dirinya untuk menjadi setengah dengan membuang setengah bagian dari masing masing pribadi. Yang dibuang tak lain adalah keegoisan kita. kerelaan untuk menjadi 1 pasti diimbangi dengan kerelaan hati. rela dibentuk, rela dipotong setengah dari prilaku kita. agar 1 dan 1 bisa menjadi 1 dalam keutuhan.

Namun ada kata lain, misalkan jika yang 1 tidak mau mengalah sehingga membuat yang 1 menjadi 0, nol, Apa yang akan terjadi? kita akan terasa hidup dengan cermnan diri kita sendiri. Apakah itu yang kita inginkan? tentu saja tidak kan. 

Lalu apa saja yang harus dilakukan? tak banyak yang kita lakukan, cukup dengan menjadikan kita setengah agar dapat menjadi 1 dengan si dia. dengan memotong keegoisan kita, memotong keangkuhan ita, memotong kesombongan kita, memotong amarah kita, dan biarkan si dia menjadi setengah bagian yang lain untuk saling melengkapi.

Pada kenyataannya, dewasa ini masih banyak yang menjadikan yang lain nol, atau semaunya sendiri tampa memperdulikan yang lain, dan kita tahu bahwa angka perpisahan semakin tahun semakin meningkat, padahal jika kita andaikan sebagai 2 kertas yang saling melekat dan dilekatkan dengan lem pernikahan akan menjadi indah, namun saat ketas yang 1 dilepas, maka akan ada luka diantara kedua kertas, tidak hanya satu, tapi keduanya.

Tak ada yang disalahkan, tak ada yang terlambat pula. jika kita bertindak sekarang, niscaya kita tidak akan lagi menjadi 2, namun 1, 1 kesatuan yang utuh.


Yaitu dengan tak kenal perasaaan kecewa yang mempersatukan, keterbukaan yang mempererat keutuhan kesatuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar